DOC_1584. Ucapan Talak Dengan Menggunakan Bahasa Asing
24 JUNI · PUBLIK
Ulya Aliya@ Rabu, 19 Desember 2018
Assalamu’alaikum,
Pertanyaan titipan, apabila suami berulang kali mengucapkan “Anti Tholiq” (Engkau adalah wanita yang terceraikan, pen.), tapi suami tidak ada maksud dan tidak tahu bahwa ucapan itu adalah ucapan talak, karena suami sangat awam. Apakah hal ini tetap jatuh talak?
-------------------
JAWABAN :
Wa’alaikumussalam, Wr. Wb.
Bismillahirrahmanirrahim,
Sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Khathib Al-Syarbini bahwa rukun-rukun thalaq itu ada lima, yakni shighat (lafazh thalaq/ucapan talak, pen. ), objek atau sasaran talak, hak kuasa talak, kehendak menjatuhkan talak dan pihak pentalak/suami.
Berangkat dari rukun talak yang kempat yakni
“Kehendak Menjatuhkan Talak”,Prof. Dr. Wahbah Al-Zuhaili memberikan penjelasan, bahwa
“Berdasarkan kemufakatan para ulama, di dalam perceraian disyaratkan adanya kehendak, yaitu suatu keinginan dalam mengucapkannya meskipun tidak diniati, maksudnya menghendaki lafazh talak karena maknanya; dengan gambaran yang dikehendaki dari ungkapan talak hanyalah makna yang peletakannya memang untuknya. Dan di dalam rukun ini yang menjadi persyaratan hanyalah realisasi maksud dengannya, sehingga perceraian (yang diucapkan) seseorang yang ahli fiqih secara berulang-ulang tidaklah terjadi talak, dan tidak juga (ungkapan) talak dari seseorang yang mengisahkan dirinya atau selainnya, karena tidak adanya maksud dengan maknanya, melainkan bertujuan sebagai pembelajaran dan bercerita. Dan tidak juga talaknya selain bangsa Arab yang didikte dengan lafazh talak tanpa paham maknanya”.
Di dalam kitab Al-Fiqhu Al-Manhaji dipaparkan, bahwa
“Apabila seseorang selain bangsa Arab mengucapkan talak dengan berbahasa Arab sementara dia tidak tahu artinya, maka perceraiannya tidaklah terjadi karena tidak adanya kehendaknya”.
Hanya saja Imam Al-Mutawalli membatasi orang selain bangsa Arab tersebut dengan orang yang tidak berbaur dengan dengan ahli bahasa, sebagaimana telah dicatat oleh Syaikh Al-Khathib Al-Syarbini; “dan Al-Mutawalli membatasinya dengan orang yang tidak pernah berbaur dengan ahli bahasa, dan apabila tidak demikian maka secara zhahir tidak dapat diterima, dan dia diperhitungkan secara bathin, dan dapat dibenarkan di dalam ketidaktahuannya dengan maknanya karena demikianlah yang tampak dari keadaannya”.
Pembatasan tersebut juga dikutip oleh Syaikh Muhammad Al-Damiri dalam ungkapannya; “Al-Mutawalli berkata: Hal ini apabila dia tidak berbaur bersama ahli bahasa tersebut, lantas bilamana terdapat perbauran maka dia tidak dapat dibenarkan dalam perhukuman, dan dia dapat diperhitungkan secara bathin”.
Maka, dengan berdasarkan batasan dari Imam Al-Mutawalli tersebut dapat dimengerti bahwa, apabila seseorang tidak mengerti makna dari bahasa talak yang diungkapkannya, sementara dia pernah berbaur bersama orang-orang yang ahli dibidang bahasa yang tidak diapahaminya sehingga secara kebiasaan dia dapat mengerti darinya tentang maknanya sebab perbaurannya tersebut, maka secara hukum dia tidak dapat dibenarkan dan talaknya dianggap terjadi secara bathin, namun pernyataannya dengan ketidaktahuannya dengan maknanya itu dapat dibenarkan dengan memandang pada kondisi zhahirnya selaku orang asing dengan bahasa talak yang diucapkannya.
Dan dalam bentuk pertimbangan lain, Syaikh Zainuddin, Ahmad Al-Hindi menjelaskan bahwa “dan meskipun (ungkapan talak tersebut) terucap dari orang selain bangsa Arab yang mengerti bahwa peletakan kalimat tersebut memang untuk menguraikan hubungan pernikahan atau untuk mengindikasikan jauhnya dirinya darinya (istrinya), meskipun dia tidak mengerti maknanya yang asli, sebagaimana telah difatwakan oleh guru kami”. Berbeda halnya apabila dia tidak tahu bahwa kalimat tersebut adalah kalimat yang penggunaannya untuk perceraian, maka talaknya tidaklah terjadi sebagaimana keterangan
Syaikh ‘Utsman Al-Dimyathi.
Dengan demikian, berdasarkan keterangan di atas menghasilkan beberapa rincian sebagai berikut:
a. Apabila seseorang mengucapkan kalimat talak dengan tujuan sebagai pembelajaran atau menceritakan sebuah perceraian, maka ungkapannya tidak berdampak talak.
b. Ketika seseorang mengucapkan kalimat talak dari selain bahasanya sendiri yang tidak dimengerti maknanya; apabila dia pernah berbaur atau bergaul dengan orang yang tahu tentang bahasa yang diucapkannya sehingga dia mengerti maknanya, maka ungkapannya berdampak sebagai talak.
c. Ketika seseorang mengucapkan kalimat talak dari selain bahasanya sendiri yang tidak dimengerti maknanya, akan tetapi dia tahu bahwa kalimat tersebut adalah kalimat yang digunakan untuk sebuah perceraian, maka dengannya dianggap jatuh talak.
Wallahu A’lam Bishshawab…
REFERENSI :
1. Al-Iqna’ Fi Halli Alfazhi Abi Syuja’, Juz II, Hal. 437 (Maktabah Syamilah Apk.)
2. Al-Fiqhu Al-Manhaji, Juz IV, Hal. 138 (Maktabah Syamilah Apk.)
3. Mughni Al-Muhtaj, Juz IV, Hal. 470 (Maktabah Syamilah Apk.)
4. Al-Najmu Al-Wahhaj Fi Syarhi Al-Minhaj, Juz VII, Hal. 502 (Maktabah Syamilah Apk.)
5. Fathu Al-Mu’in Wa Hasyiyah I’anah Al-Thalibin, Juz IV, Hal. 7-12 (Maktabah Syamilah Apk.)
ﺍﻹﻗﻨﺎﻉ ﻓﻲ ﺣﻞ ﺃﻟﻔﺎﻅ ﺃﺑﻲ ﺷﺠﺎﻉ ﺝ 2 ﺹ 437 ﺍﻟﻤﻜﺘﺒﺔ ﺍﻟﺸﺎﻣﻠﺔ
ﺍﻟﻘَﻮْﻝ ﻓِﻲ ﺃَﺭْﻛَﺎﻥ ﺍﻟﻄَّﻠَﺎﻕ ﻭﺃﺭﻛﺎﻧﻪ ﺧَﻤْﺴَﺔ ﺻِﻴﻐَﺔ ﻭَﻣﺤﻞ ﻭَﻭﻟَﺎﻳَﺔ ﻭَﻗﺼﺪ ﻭَﻣُﻄﻠﻖ . ﺇﻫـ
ﺍﻟﻔﻘﻪ ﺍﻹﺳﻼﻣﻲ ﻭﺃﺩﻟﺘﻪ ﺝ 9 ﺹ 6886 ﺍﻟﻤﻜﺘﺒﺔ ﺍﻟﺸﺎﻣﻠﺔ
ﻣﺎ ﻳﺸﺘﺮﻁ ﻓﻲ ﺍﻟﺮﻛﻦ ﺍﻟﺜﺎﻧﻲ ﻟﻠﻄﻼﻕ ﻭﻫﻮ ﺍﻟﻘﺼﺪ :
ﻳﺸﺘﺮﻁ ﺑﺎﻻﺗﻔﺎﻕ ﺍﻟﻘﺼﺪ ﻓﻲ ﺍﻟﻄﻼﻕ : ﻭﻫﻮ ﺇﺭﺍﺩﺓ ﺍﻟﺘﻠﻔﻆ ﺑﻪ، ﻭﻟﻮ ﻟﻢ ﻳﻨﻮﻩ، ﺃﻱ ﺇﺭﺍﺩﺓ ﻟﻔﻆ ﺍﻟﻄﻼﻕ ﻟﻤﻌﻨﺎﻩ، ﺑﺄﻻ ﻳﻘﺼﺪ ﺑﻠﻔﻆ ﺍﻟﻄﻼﻕ ﻏﻴﺮ ﺍﻟﻤﻌﻨﻰ ﺍﻟﺬﻱ ﻭﺿﻊ ﻟﻪ، ﻭﻻﻳﺸﺘﺮﻁ ﻓﻲ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺮﻛﻦ ﺇﻻ ﺗﺤﻘﻴﻖ ﺍﻟﻤﺮﺍﺩ ﺑﻪ، ﻓﻼ ﻳﻘﻊ ﻃﻼﻕ ﻓﻘﻴﻪ ﻳﻜﺮﺭﻩ، ﻭﻻ ﻃﻼﻕ ﺣﺎﻙٍ ﻋﻦ ﻧﻔﺴﻪ ﺃﻭ ﻏﻴﺮﻩ؛ ﻷﻧﻪ ﻟﻢ ﻳﻘﺼﺪ ﻣﻌﻨﺎﻩ، ﺑﻞ ﻗﺼﺪ ﺍﻟﺘﻌﻠﻴﻢ ﻭﺍﻟﺤﻜﺎﻳﺔ، ﻭﻻ ﻃﻼﻕ ﺃﻋﺠﻤﻲ ﻟُﻘِّﻦ ﻟﻔﻆ ﺍﻟﻄﻼﻕ ﺑﻼ ﻓﻬﻢ ﻣﻨﻪ ﻟﻤﻌﻨﺎﻩ . ﺇﻫـ
ﺍﻟﻔﻘﻪ ﺍﻟﻤﻨﻬﺠﻲ ﻋﻠﻰ ﻣﺬﻫﺐ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﺝ 4 ﺹ 138 ﺍﻟﻤﻜﺘﺒﺔ ﺍﻟﺸﺎﻣﻠﺔ
ﺇﺫﺍ ﺗﻠﻔﻆ ﺑﺎﻟﻄﻼﻕ ﺑﺎﻟﻠﻐﺔ ﺍﻟﻌﺮﺑﻴﺔ ﺭﺟﻞ ﻏﻴﺮ ﻋﺮﺑﻲ، ﻭﻫﻮ ﻻ ﻳﺪﺭﻱ ﻣﻌﻨﺎﻩ، ﻓﺈﻧﻪ ﻻ ﻳﻘﻊ ﻃﻼﻗﻪ، ﻻﻧﺘﻔﺎﺀ ﻗﺼﺪﻩ، ﻭﻟﻮ ﺗﻠﻔﻆ ﺑﻪ ﺑﻠﻐﺘﻪ ﻭﻗﻊ، ﻭﻟﻮ ﻟﻢ ﻳﻨﻮﻩ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻠﻔﻆ ﺍﻟﺬﻱ ﺍﺳﺘﻌﻤﻠﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﻄﻼﻕ ﺻﺮﻳﺤﺎً ﻓﻲ ﻟﻐﺘﻪ، ﺃﻱ ﻻ ﻳﺤﺘﻤﻞ ﺇﻻ ﺍﻟﻄﻼﻕ، ﻭﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﻏﻴﺮ ﺻﺮﻳﺢ ﺍﺷﺘﺮﻁ ﻟﻮﻗﻮﻉ ﺍﻟﻄﻼﻕ ﺍﻟﻨﻴﺔ، ﻛﻤﺎ ﻫﻮ ﺍﻟﺸﺄﻥ ﻓﻲ ﺍﻟﻠﻐﺔ ﺍﻟﻌﺮﺑﻴﺔ . ﺇﻫـ
ﻣﻐﻨﻲ ﺍﻟﻤﺤﺘﺎﺝ ﺝ 4 ﺹ 470 ﺍﻟﻤﻜﺘﺒﺔ ﺍﻟﺸﺎﻣﻠﺔ
( ﻭَﻟَﻮْ ﻟَﻔَﻆَ ﺃَﻋْﺠَﻤِﻲٌّ ) ﺃَﻭْ ﻏَﻴْﺮُﻩُ ( ﺑِﻪِ ) ﺃَﻱْ ﺍﻟﻄَّﻠَﺎﻕِ ( ﺑِﺎﻟْﻌَﺮَﺑِﻴَّﺔِ ) ﺃَﻭْ ﻏَﻴْﺮِﻫَﺎ ﻣِﻤَّﺎ ﻟَﺎ ﻳَﻌْﺮِﻓُﻪُ ( ﻭَﻟَﻢْ ﻳَﻌْﺮِﻑْ ﻣَﻌْﻨَﺎﻩُ ) ﺳَﻮَﺍﺀٌ ﺃَﻟْﻘَﻨَﻪُ ﺃَﻭْ ﻟَﺎ ( ﻟَﻢْ ﻳَﻘَﻊْ ) ﻟِﺎﻧْﺘِﻔَﺎﺀِ ﻗَﺼْﺪِﻩِ، ﻭَﻗَﻴَّﺪَﻩُ ﺍﻟْﻤُﺘَﻮَﻟِّﻲ ﺑِﻤَﻦْ ﻟَﻢْ ﻳَﻜُﻦْ ﻣُﺨَﺎﻟِﻄًﺎ ﻟِﺄَﻫْﻞِ ﺍﻟﻠِّﺴَﺎﻥِ ﻭَﺇِﻟَّﺎ ﻟَﻢْ ﻳُﻘْﺒَﻞْ ﻇَﺎﻫِﺮًﺍ، ﻭَﻳُﺪَﻳَّﻦُ ﻭَﻳُﺼَﺪَّﻕُ ﻓِﻲ ﺃَﻧَّﻪُ ﻟَﺎ ﻳَﻌْﺮِﻑُ ﻣَﻌْﻨَﺎﻩُ؛ ﻟِﺄَﻧَّﻪُ ﺍﻟﻈَّﺎﻫِﺮُ ﻣِﻦْ ﺣَﺎﻟِﻪِ ﻗَﺎﻟَﻪُ ﻓِﻲ ﺍﻟِﺎﺳْﺘِﻘْﺼَﺎﺀِ ( ﻭَﻗِﻴﻞَ ﺇﻥْ ﻧَﻮَﻯ ) ﺍﻟْﻌَﺠَﻤِﻲُّ ﺑِﻪِ ( ﻣَﻌْﻨَﺎﻫَﺎ ) ﺃَﻱْ ﺍﻟْﻌَﺮَﺑِﻴَّﺔِ ﻋِﻨْﺪَ ﺃَﻫْﻠِﻬَﺎ ( ﻭَﻗَﻊَ ) ﻟِﺄَﻧَّﻪُ ﻗَﺼَﺪَ ﻟَﻔْﻆَ ﺍﻟﻄَّﻠَﺎﻕِ ﻟِﻤَﻌْﻨَﺎﻩُ . ﻭَﺃَﺟَﺎﺏَ ﺍﻟْﺄَﻭَّﻝُ ﺑِﺄَﻧَّﻪُ ﻟَﻢْ ﻳَﻌْﺮِﻑْ ﻣَﻌْﻨَﺎﻩُ ﻟَﺎ ﻳَﺼِﺢُّ ﻗَﺼْﺪُﻩُ؛ ﻭَﻟَﻮْ ﻟَﻢْ ﻳَﻌْﺮِﻑْ ﻣَﻌْﻨَﺎﻩُ ﻭَﻗَﺼَﺪَ ﺑِﻪِ ﻗَﻄْﻊَ ﺍﻟﻨِّﻜَﺎﺡِ ﻟَﻢْ ﺗَﻄْﻠُﻖْ ﻛَﻤَﺎ ﻟَﻮْ ﺃَﺭَﺍﺩَ ﺍﻟﻄَّﻠَﺎﻕَ ﺑِﻜَﻠِﻤَﺔٍ ﻟَﺎ ﻣَﻌْﻨَﻰ ﻟَﻬَﺎ . ﺇﻫـ
ﺍﻟﻨﺠﻢ ﺍﻟﻮﻫﺎﺝ ﻓﻲ ﺷﺮﺡ ﺍﻟﻤﻨﻬﺎﺝ ﺝ 7 ﺹ 502 ﺍﻟﻤﻜﺘﺒﺔ ﺍﻟﺸﺎﻣﻠﺔ
ﻗﺎﻝ : ( ﻭﻟﻮ ﻟﻔﻆ ﻋﺠﻤﻲ ﺑﻪ ﺑﺎﻟﻌﺮﺑﻴﺔ ﻭﻟﻢ ﻳﻌﺮﻑ ﻣﻌﻨﺎﻩ .. ﻟﻢ ﻳﻘﻊ ) ﻛﻤﺎ ﻟﻮ ﻟﻘﻦ ﻛﻠﻤﺔ ﺍﻟﻜﻔﺮ ﻭﻫﻮ ﻻ ﻳﻌﺮﻑ ﻣﻌﻨﺎﻫﺎ ﻓﺘﻜﻠﻢ ﺑﻬﺎ .. ﻻ ﻳﺤﻜﻢ ﺑﻜﻔﺮﻩ . ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻤﺘﻮﻟﻲ : ﻫﺬﺍ ﺇﺫﺍ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻟﻪ ﻣﻊ ﺃﻫﻞ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﻠﺴﺎﻥ ﺍﺧﺘﻼﻁ، ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻥ .. ﻟﻢ ﻳﺼﺪﻕ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﻜﻢ ﻭﻳﺪﻳﻦ ﺑﺎﻃﻨﺎً . ﻭﻗﺎﻝ ﻓﻲ ( ﺍﻹﺳﺘﻘﺼﺎﺀ ) : ﻳﺼﺪﻕ ﻓﻲ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﻌﺮﻑ ﻣﻌﻨﺎﻫﺎ ﻣﻄﻠﻘﺎً . ﺇﻫـ
ﻓﺘﺢ ﺍﻟﻤﻌﻴﻦ ﻭﺣﺎﺷﻴﺔ ﺇﻋﺎﻧﺔ ﺍﻟﻄﺎﻟﺒﻴﻦ ﺝ 4 ﺹ 7 - 12 ﺍﻟﻤﻜﺘﺒﺔ ﺍﻟﺸﺎﻣﻠﺔ
ﺇﻧﻤﺎ ( ﻳﻘﻊ ﻟﻐﻴﺮ ﺑﺎﺋﻦ ) ﻭﻟﻮ ﺭﺟﻌﻴﺔ ﻟﻢ ﺗﻨﻘﺾ ﻋﺪﺗﻬﺎ ﻓﻼ ﻳﻘﻊ ﻟﻤﺨﺘﻠﻌﺔ ﻭﺭﺟﻌﻴﺔ ﺍﻧﻘﻀﺖ ﻋﺪﺗﻬﺎ ( ﻃﻼﻕ ) ﻣﺨﺘﺎﺭ ( ﻣﻜﻠﻒ ) ﺃﻱ ﺑﺎﻟﻎ ﻋﺎﻗﻞ --- ﺇﻟﻰ ﺃﻥ ﻗﺎﻝ --- ( ﺏ ) - ﺻﺮﻳﺢ ﻭﻫﻮ ﻣﺎ ﻻ ﻳﺤﺘﻤﻞ ﻇﺎﻫﺮﻩ ﻏﻴﺮ ﺍﻟﻄﻼﻕ ﻙ ( - ﻣﺸﺘﻖ ﻃﻼﻕ ) ﻭﻟﻮ ﻣﻦ ﻋﺠﻤﻲ ﻋﺮﻑ ﺃﻧﻪ ﻣﻮﺿﻮﻉ ﻟﺤﻞ ﻋﺼﻤﺔ ﺍﻟﻨﻜﺎﺡ ﺃﻭ ﺑﻌﺪﻩ ﻋﻨﻬﺎ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻌﺮﻑ ﻣﻌﻨﺎﻩ ﺍﻻﺻﻠﻲ، ﻛﻤﺎ ﺃﻓﺘﻰ ﺑﻪ ﺷﻴﺨﻨﺎ . ﺇﻫـ
-----------------------------------
ﺣﺎﺷﻴﺔ ﺇﻋﺎﻧﺔ ﺍﻟﻄﺎﻟﺒﻴﻦ :
( ﻗﻮﻟﻪ : ﻭﻟﻮ ﻣﻦ ﻋﺠﻤﻲ ) ﺃﻱ ﻭﻟﻮ ﺻﺪﺭ ﻣﺸﺘﻖ ﺍﻟﻄﻼﻕ ﻣﻦ ﻋﺠﻤﻲ ﻓﺈﻧﻪ ﻳﻘﻊ ﻃﻼﻗﻪ ﺑﻪ . ﻭﻗﻮﻟﻪ ﻋﺮﻑ ﺃﻧﻪ ﻣﻮﺿﻮﻉ ﺍﻟﺦ : ﺍﻟﺠﻤﻠﺔ ﺻﻔﺔ ﻟﻌﺠﻤﻲ ﺃﻱ ﻋﺠﻤﻲ ﻣﻮﺻﻮﻑ ﺑﻜﻮﻧﻪ ﻋﺮﻑ ﺃﻥ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻠﻔﻆ ﻣﻮﺿﻮﻉ ﻟﺤﻞ ﻋﺼﻤﺔ ﺍﻟﻨﻜﺎﺡ ﺍﻟﺬﻱ ﻫﻮ ﻣﻌﻨﻰ ﺍﻟﻄﻼﻕ، ﻭﻫﻮ ﻗﻴﺪ ﻻ ﺑﺪ ﻣﻨﻪ . ﻭﺧﺮﺝ ﺑﻪ ﻣﺎ ﻟﻮ ﺗﻠﻔﻆ ﺑﻪ ﻭﻫﻮ ﻻ ﻳﻌﺮﻑ ﺫﻟﻚ ﻓﺈﻧﻪ ﻻ ﻳﻘﻊ ﻃﻼﻗﻪ . ﻭﻋﺒﺎﺭﺓ ﺍﻟﻤﻨﻬﺎﺝ ﻣﻊ ﺍﻟﺘﺤﻔﺔ : ﻭﻟﻮ ﻟﻔﻆ ﻋﺠﻤﻲ ﺑﻪ ﺃﻱ ﺍﻟﻄﻼﻕ ﺑﺎﻟﻌﺮﺑﻴﺔ ﻣﺜﻼ ﺇﺫ ﺍﻟﺤﻜﻢ ﻳﻌﻢ ﻛﻞ ﻣﻦ ﺗﻠﻔﻆ ﺑﻐﻴﺮ ﻟﻐﺘﻪ ﻭﻟﻢ ﻳﻌﺮﻑ ﻣﻌﻨﺎﻫﺎ ﻟﻢ ﻳﻘﻊ ﻛﻤﺘﻠﻔﻆ ﺑﻜﻠﻤﺔ ﻛﻔﺮ ﻻ ﻳﻌﺮﻑ ﻣﻌﻨﺎﻫﺎ ﻭﻳﺼﺪﻕ ﻓﻲ ﺟﻬﻠﻪ ﻣﻌﻨﺎﻩ ﻟﻠﻘﺮﻳﻨﺔ، ﻭﻣﻦ ﺛﻢ ﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﻣﺨﺎﻟﻄﺎ ﻷﻫﻞ ﺗﻠﻚ ﺍﻟﻠﻐﺔ ﺑﺤﻴﺚ ﺗﻘﻀﻲ ﺍﻟﻌﺎﺩﺓ ﺑﻌﻠﻤﻪ ﺑﻪ ﻟﻢ ﻳﺼﺪﻕ ﻇﺎﻫﺮﺍ ﻭﻳﻘﻊ ﻋﻠﻴﻪ . ﺇﻫـ
-----------------------
MUSYAWWIRIN :
Member Group Majelis Ta’lim Tanah Merah
(MTTM)
MUSHAHHIH :
1. Al-Ustadz Abdul Malik
2. Al-Ustadz Ibnu Malik
3. Al-Ustadz Abdulloh Salam
4. Al-Ustadz Wesqie Zidan Ardan
5. Al-Ustadz Moh Ilhamudin
6. Al-Ustadz Rofie
7. Al-Ustadz Imam Al-Bukhori
8. Al-Ustadz Ibnu Hasyim Alwi
PERUMUS : Ust Tamam Reyadi Al-Maduri
https://s.id/606Lo